Saturday, June 13, 2015

Manajemen Kurikulum PAI

       I.            PENDAHULUAN
 Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan baik yang diperoleh dari dalam maupun luar lembaga yang telah direncanakan secara sistematis dan terpadu. Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum meliputi bidang perencanaan dan pengembangan kurikulum, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Perencanaan kurikulum didasarakan asumsi bahwa telah tersedia informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan.
            Untuk mengembangkan suatu rencana seseorang harus mengacu kemasa depan. Perencanaan ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Perencanaan secara umum adalah proses yang sistematis sesuai dengan prinsip dalam pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta kegiatan yang terorganisasi tentang tindakan  yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
perencanaan pada hakekatnya adalah usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus yang dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Makalah ini membahas bagaimana merencanakan kurikulum yang nantinya sebagai bahan tindak lanjut untuk pengembangan kurikulum.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana analisis kebutuhan kurikulum ?
B.     Bagaimana merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis?
C.     Bagaimana desain krikulum?
D.    Apa yang dimaksud dengan membuat master plan ?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Analisis Kebutuhan Kurikulum
kurikulum merupakan keseluruhan rencana dan aktifitas yang diselenggarakan dan diorganisasi oleh sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka mencapi tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam bahasan ini kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, pengalaman  yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang penacapian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dari definisi kurikulum di atas terlihat banyak sekali hal-hal yang dibutuhkan dalam kurikulum. Kebutuhan dalam kurikulum ini yaitu semua hal yang bisa membantu, dan mendorong agar tujuan dari kurikulum dapat dicapai. Diantara kebutuhan kurikulum yang dimaksud secara garis besar  sebagai berikut:
1.    Tujuan
                        Tujuan kurikulum mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
                        Tujuan kurikulum pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ternyata berbeda-beda karena didasari pada suatu aliran atau konsep yang diyakini kebenarannya, atau darimana sudut pandangnya, mungkin dari sudut hierarki, penyelenggara, atau dari arah kelulusan.[1]
2.    Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.    Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b.   Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c.    Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
a.    Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.
b.   Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c.    Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
d.   Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
e.    Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f.    Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
3.    Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran. Metode dalam pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan.[2] Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu.
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembeajaran. Strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa metode.
Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa pendekatan yaitu Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan sejenisnya.
4.    Evaluasi
Evaluasi merupakan alat untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah satu kebutuhan kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri, berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri.[3]

B.     Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
Aspek filosofis menentukan permasalahan yang diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek filosofis ini terlihat apakah kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu, teknologi, agama, permasalahan social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
1.      Tujuan Kurikulum.
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, arah dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum  harus selalu mengarah pada peningkatan ketiga ranah itu.
Pengembangan ketiga aspek itu diarahkan agar kehidupan manusia lebih baik, lebih bermakna, dan lebih beradab, sehingga pada gilirannya setiap manusia terdidik dapat mengubah dan mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat.
pandangan hidup yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai yang tercantum dalam kurikulum. Di Indonesia, system nilai yang berlaku adalah pancasila. Oleh sebab itu membangun manusia yang pancasilais merupakan tujuan dari segala aktifitas  berbagai level dan jenis pendidikan. Dengan demikian, isi kurikulum yang disusun harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.[4]
2.      Materi/Isi Kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan filosofis tentang:  apakah yang harus diajarkan dan dipahami siswa?. Materi kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurkulum itu menyangkut semua aspek baik berhubungan  dengan pengetahuan atau materi pelajaran maupun  kegiatan siswa. Materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan ilmu pengetahuan.[5]
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyartakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum.
Siswa merupakan salah satu sumber dari isi kurikulum karena tugas dan fungsi pendidikan  adalah untuk mengembangkan  seluruh potensi yang ada pada siswa.  Maka tidak heran kebutuhan  anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum, dan ini merupakan salah satu sumber terpenting dari isi kurikulum. Para orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah pada dasarnya agar mereka memiliki sejumlah pengetahuan.
3.      Metode
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode  pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan setiap teknik itu, setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.[6]
4.      Evaluasi Kurikulum
Evaluasi seriang dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan filosofis : bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan suatu proses pendidikan. Mengapa kurikulum perlu dievaluasi ? bagi guru, evaluasi dapat menentukan efektifitas kinerjanya selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan bagi pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan.
Jadi evaluasi kurikulum merupakan suatu proses mencari informasi, tentang sejauh mana tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum telah dikuasai siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah optimal, dan bagaimana  evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif atau perlu ada perbaikan-perbaikan.
Jadi fungsi evaluasi dalam kurikulum adalah untuk mengevalusi tujuan pendidikan, apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan? Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru? Apakah tujuan yang dirumuskan dalam dokumen kurikulum itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? Hal-hal itulah yang menjadi sorotan evaluasi tujuan dalam kurikulum.
Kemudian evaluasi terhadap isi/materi kurikulum, apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan? Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir? Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan di mana siswa tinggal? Hal-hal itulah yang menjadi target dari evaluasi kurikulum dari sisi isi atau materi kurikulum.
Selanjutnya evaluasi terhadap strategi pembelajaran, apakah strategi yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan? Apakah strategi yang direncanakan  dapat mendorong aktivitas dan minat siswa untuk belajar? Bagaimana pemahaman guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi yang telah direncanakan? Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru? Apakah strategi yang ditetapkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? Apakah strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia? Hal-hal itulah yang menjadi bidikan evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan strategi pembelajaran.
Dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap program penilaian, apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai? Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami oleh guru? Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku siswa? Hal-hal itulah yang menjadi titik kajian dari evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan program evaluasi.[7]

C.    Desain kurikulum
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya.[8]
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan skuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju kepada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu: (1) Subject centered design, (2) Learner centered design, dan (3) Problems centered design.[9]
1.    Subject Centered Design
Subject centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua, dan paling banyak digunakan. Dalam desain ini, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Dalam subject centered design terdapat tiga variasi desain kurikulum, yaitu: subject design, disciplines design, dan broad field design.[10]
a.   The Subject Design
Subject design merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centered design. Desain kurikulum dengan pendekatan mata pelajaran menyajikan materi pelajaran yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran dari beberapa disiplin ilmu. Mata pelajaran diambil dari beberapa disiplin ilmu dengan maksud agar para peserta didik menguasai dasar-dasar ilmu khusus yang kelak diharapkan menjadi pilihan karir dan diperdalam melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[11]
b.   The Disciplines Design
Desain kurikulum dengan pendekatan disiplin ilmu menekankan pada pemahaman atas struktur dan logika disiplin ilmu. Peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya.[12]
c.    The Broad Fields Design
Desain kurikulum dengan cakupan luas merupakan salah satu upaya penyempurnaan desain dengan pendekatan mata pelajaran dan pendekatan disiplin ilmu. Dengan menyatukan beberapa mata pelajaran yang serumpun atau berdekatandiharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap hubungan antar berbagai fenomena kehidupan.[13]
2.    Learner Centered Design
Learner centered design atau desain yang berpusat pada peserta didik adalah suatu pendekatan desain kurikulum yang menempatkan peserta didik pada posisi sentral. Desain ini dimaksudkan untuk mengembangkan bakat yang selaras dengan minat peserta didik. Pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Learner centered design mengutamakan perkembangan individu, oleh sebab itu tidak memiliki pola pengorganisasian yang baku.[14]
Learner centered design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Ada beberapa variasi model ini, yaitu experience design, humanistik design, dan child centered design.[15]
3.    Problems Centered Design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok, yaitu kesejahteraan masyarakat. Minimal ada dua variasi desain kurikulum ini, yaitu:
a.   The Areas of Living Design
Areas of living design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses dan bersifat isi diintegrasikan. Penguasaan informasi-informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Dengan demikian, desain ini sekaligusmenarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.[16]
b.   The Core Design
Core design kurikulum timbul sebagai reaksi utama kepada sparate subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan disekitar core tersebut. Karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang teori tentang core design yang didasarkan atas pandangan progresif. Menurut konsep ini, inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial.[17]
D.    Rencana induk (Master Plan)
1.        Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.[18]
Pengembangan kurikulum harus berorientasi pada kebutuhan bidang studi dan jenjang pendidikan tertentu, yang berarti pula harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan (fisik dan mental) peserta didik. Sebagai contoh, kurikulum untuk pendidikan dasar isi kurikulum masih bersifat komprehensif. Pada tingkat lanjutan atas bersifat komprehensif bagi mereka yang bercita-cita melanjutkan ke perguruan tinggi jalur pendidikan akademik dan bersifat kejuruan bagi mereka yang ingin cepat bekerja.[19]
Pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari empat unsur, yakni:
1.        Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh.
2.        Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode  dan material sekolah untuk mencapai tujuan.
3.        Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan.
4.        Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.[20]
Dalam mengembangkan kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus-menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua.[21]
2.        Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu :Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dikarenakan:
1.    Kepala sekolah sebagai pemimpin, termasuk memimpin pelaksanaan kurikulum.
2.    Kepala sekolah merupakan seorang administrator dalam pelaksanaan kurikulum.
Sedangkan pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang bertanggung jawab adalah guru yang meliputi tiga jenis kegiatan administrator yaitu:
1.    Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar
2.    Pembinaan kegiatan ekstra kurikuler
3.    Pembimbing dalam kegiatan bimbingan belajar.[22]
3.        Penilaian Kurikulum
Setelah kurikulum diimplementasikan beberapa waktu lamanya, dengan pengertian bahwa kurikulum selalu diupayakan dalam kondisi siap untuk dikembangkan kembali dan diperbaiki kembali demi penyempurnaan, maka kurikulum tersebut perlu diadakan penilaian secara menyeluruh.[23]
Penilaian kurikulum merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan waktu lama. Oleh sebab itu, penilaian cenderung difokuskan pada program dan materi kurikulum. Walaupun program dan materi kurikulum erat hubungannya, penilaian atas keduanya mengambil fokus yang berbeda. Program dapat dipandang sinonim dengan kurikulum, oleh sebab itu berdasarkan logika, penilaiannya difokuskan pada aspek-aspek formal dari program pendidikan atau bidang pembelajaran tertentu, misalnya pertanian, geografi, kebidanan dan lain-lain.Sementara materi kurikulum difokuskan pada materi pembelajaran, misalnya modul, buku teks atau paket-paket multimedia yang disiapkan agar dapat difasilitaskan oleh seorang guru atau instruktur.[24]
 IV.            KESIMPULAN
A.       Analisis kebutuhan kurikulum
 Kebutuhan dalam kurikulum ini yaitu semua hal yang bisa membantu, dan mendorong agar tujuan dari kurikulum dapat dicapai. Diantara kebutuhan kurikulum yang dimaksud secara garis besar  sebagai berikut:
1.    Tujuan
2.    Materi/isi
3.    Metode/Strategi
4.    Evaluasi
B.  Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
Aspek filosofis menentukan permasalahan yang diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek filosofis ini terlihat apakah kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu, teknologi, agama, permasalahan social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
C.  Desain krikulum
sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu: (1) Subject centered design, (2) Learner centered design, dan (3) Problems centered design.
D.  Membuat master plan
        Rencana Induk menyangkut tentang 1. Pengembangan Kurikulum. 2. Pelaksanaan kurikulum. 3. Penilaian Kurikulum

    V.            PENUTUP
Demikian uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat. Kami pemakalah mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami yang selanjutnya.




[1] Dakir, Perencanaan dan Pengembanagn Kurikulum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) hlm 35
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 97
[3] Sukiyudi Didi, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung : UPI Press, 2006), hlm. 87
[4] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html, diunduh pada hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB
[5] Wina, Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) hlm 114
[6] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html diunduh pada hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB

[7] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html diunduh pada hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.34.
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 113.
[10] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 114.
[11] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Bandung: PT. Refika Aditaman, 2010), hlm. 67.
[12] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 116.
[13] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm. 70.
[14] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm. 71.
[15] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 118.
[16] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 120.
[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 122.
[18] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 97.
[19] Dakir, Perencanaan dan Pengembanagn Kurikulum,.... 92.
[20] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,.....hlm. 97.
[21] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 155.
[22] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,.....hlm185-189
[23] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,.....hlm. 237.
[24] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm. 258.