I.
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah direncanakan untuk
mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan baik yang diperoleh dari
dalam maupun luar lembaga yang telah direncanakan secara sistematis dan
terpadu. Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum meliputi bidang
perencanaan dan pengembangan kurikulum, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Perencanaan
kurikulum didasarakan asumsi bahwa telah tersedia informasi dan data tentang
masalah-masalah dan kebutuhan.
Untuk
mengembangkan suatu rencana seseorang harus mengacu kemasa depan. Perencanaan
ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Perencanaan secara umum adalah
proses yang sistematis sesuai dengan prinsip dalam pengambilan keputusan,
penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta kegiatan yang
terorganisasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan
datang.
perencanaan pada hakekatnya adalah usaha sadar, terorganisasi, dan terus
menerus yang dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah
alternatif tindakan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Makalah ini
membahas bagaimana merencanakan kurikulum yang nantinya sebagai bahan tindak
lanjut untuk pengembangan kurikulum.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana analisis kebutuhan kurikulum ?
B.
Bagaimana merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis?
C.
Bagaimana desain krikulum?
D.
Apa yang dimaksud dengan membuat master plan ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Analisis Kebutuhan Kurikulum
kurikulum merupakan keseluruhan rencana dan aktifitas
yang diselenggarakan dan diorganisasi oleh sekolah baik di dalam kelas maupun
di luar kelas dalam rangka mencapi tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam
bahasan ini kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, pengalaman yang
harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang penacapian tujuan, serta implementasi
dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dari definisi kurikulum di atas terlihat banyak sekali
hal-hal yang dibutuhkan dalam kurikulum. Kebutuhan dalam kurikulum ini yaitu
semua hal yang bisa membantu, dan mendorong agar tujuan dari kurikulum dapat
dicapai. Diantara kebutuhan kurikulum yang dimaksud secara garis besar
sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan
kurikulum mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Tujuan
kurikulum pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
ternyata berbeda-beda karena didasari pada suatu aliran atau konsep yang
diyakini kebenarannya, atau darimana sudut pandangnya, mungkin dari sudut hierarki,
penyelenggara, atau dari arah kelulusan.[1]
2. Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum
yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Materi
kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik
pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b. Mengacu
pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c. Diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
a. Materi
harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.
b. Relevan
dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c. Materi
harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
d. Materi
harus mencakup berbagai ragam tujuan.
e. Sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f. Materi
harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
3.
Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi ajar dalam mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada
kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran. Metode
dalam pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang
yang diberikan.[2]
Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi
meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai
tujuan tertentu.
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
dalam pembeajaran. Strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah
upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi
dapat digunakan beberapa metode.
Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode
yaitu bahwa “ tidak ada metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun
metode pembelajaran hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode
perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa pendekatan yaitu Pendekatan
Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk
metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang
sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan
sejenisnya.
4.
Evaluasi
Evaluasi merupakan alat untuk melihat efektifitas
pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah satu kebutuhan kurikulum,
dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri,
berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek yang dinilai
bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian
tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri.[3]
B.
Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
Aspek filosofis menentukan permasalahan
yang diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek
filosofis ini terlihat apakah kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu, teknologi, agama, permasalahan
social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
1. Tujuan Kurikulum.
Pendidikan merupakan sebuah proses
pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia, yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, arah dan tujuan pendidikan yang
tercantum dalam kurikulum harus selalu mengarah pada peningkatan ketiga
ranah itu.
Pengembangan ketiga aspek itu diarahkan
agar kehidupan manusia lebih baik, lebih bermakna, dan lebih beradab, sehingga
pada gilirannya setiap manusia terdidik dapat mengubah dan mengembangkan
kebudayaannya sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat.
pandangan hidup yang dianggap baik oleh
suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai yang
tercantum dalam kurikulum. Di Indonesia, system nilai yang berlaku adalah
pancasila. Oleh sebab itu membangun manusia yang pancasilais merupakan tujuan
dari segala aktifitas berbagai level dan jenis pendidikan. Dengan
demikian, isi kurikulum yang disusun harus mencerminkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.[4]
2. Materi/Isi Kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau
muatan kurikulum yang harus dipahami dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan filosofis
tentang: apakah yang harus diajarkan dan dipahami siswa?. Materi
kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurkulum
itu menyangkut semua aspek baik berhubungan dengan pengetahuan atau
materi pelajaran maupun kegiatan siswa. Materi kurikulum harus bersumber
pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan ilmu
pengetahuan.[5]
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak
didik untuk dapat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan
masyartakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum.
Siswa merupakan salah satu sumber dari isi kurikulum karena tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada siswa. Maka tidak heran kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
Siswa merupakan salah satu sumber dari isi kurikulum karena tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada siswa. Maka tidak heran kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi
kurikulum, dan ini merupakan salah satu sumber terpenting dari isi kurikulum.
Para orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah pada dasarnya agar mereka
memiliki sejumlah pengetahuan.
3.
Metode
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan
oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang digunakan, sedangkan
bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat
menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan setiap
teknik itu, setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang
satu dengan guru yang lain.[6]
4.
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi seriang dianggap sebagai kegiatan
akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluasi merupakan proses yang sangat penting
dalam kegiatan pendidikan formal. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan
filosofis : bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan suatu proses
pendidikan. Mengapa kurikulum perlu dievaluasi ? bagi guru, evaluasi dapat
menentukan efektifitas kinerjanya selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan bagi
pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan
kurikulum yang sedang berjalan.
Jadi evaluasi kurikulum merupakan suatu
proses mencari informasi, tentang sejauh mana tujuan pendidikan yang tercantum
dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum telah
dikuasai siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah
optimal, dan bagaimana evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif atau
perlu ada perbaikan-perbaikan.
Jadi fungsi evaluasi dalam kurikulum adalah
untuk mengevalusi tujuan pendidikan, apakah tujuan setiap mata pelajaran itu
berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang
bersangkutan? Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru? Apakah tujuan
yang dirumuskan dalam dokumen kurikulum itu sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa? Hal-hal itulah yang menjadi sorotan evaluasi tujuan dalam kurikulum.
Kemudian evaluasi terhadap isi/materi
kurikulum, apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan
seperti yang telah ditetapkan? Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan
pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir? Apakah isi kurikulum sesuai dengan
pengalaman dan karakteristik lingkungan di mana siswa tinggal? Hal-hal itulah
yang menjadi target dari evaluasi kurikulum dari sisi isi atau materi
kurikulum.
Selanjutnya evaluasi terhadap strategi
pembelajaran, apakah strategi yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan? Apakah strategi yang
direncanakan dapat mendorong aktivitas dan minat siswa untuk belajar?
Bagaimana pemahaman guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi yang telah
direncanakan? Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong
kreativitas guru? Apakah strategi yang ditetapkan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa? Apakah strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia? Hal-hal itulah yang menjadi bidikan evaluasi kurikulum
yang kaitannya dengan strategi pembelajaran.
Dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap
program penilaian, apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai? Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami
oleh guru? Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku
siswa? Hal-hal itulah yang menjadi titik kajian dari evaluasi kurikulum yang
kaitannya dengan program evaluasi.[7]
C.
Desain kurikulum
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi,
serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya.[8]
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan
dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan
proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan skuens
bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang
mudah, kemudian menuju kepada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar
diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran,
sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu: (1) Subject
centered design, (2) Learner centered design, dan (3) Problems centered design.[9]
1.
Subject Centered Design
Subject
centered design curriculum
merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua, dan paling banyak
digunakan. Dalam desain ini, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang
akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Dalam subject centered
design terdapat tiga variasi desain kurikulum, yaitu: subject design,
disciplines design, dan broad field design.[10]
a.
The Subject Design
Subject design
merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centered design. Desain
kurikulum dengan pendekatan mata pelajaran menyajikan materi pelajaran yang
terdiri atas sejumlah mata pelajaran dari beberapa disiplin ilmu. Mata
pelajaran diambil dari beberapa disiplin ilmu dengan maksud agar para peserta
didik menguasai dasar-dasar ilmu khusus yang kelak diharapkan menjadi pilihan
karir dan diperdalam melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[11]
b.
The Disciplines Design
Desain kurikulum dengan pendekatan disiplin ilmu menekankan pada
pemahaman atas struktur dan logika disiplin ilmu. Peserta didik didorong untuk
memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep,
ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong untuk memahami cara mencari
dan menemukannya.[12]
c.
The Broad Fields Design
Desain kurikulum dengan cakupan luas merupakan salah satu upaya
penyempurnaan desain dengan pendekatan mata pelajaran dan pendekatan disiplin
ilmu. Dengan menyatukan beberapa mata pelajaran yang serumpun atau berdekatandiharapkan
dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap hubungan antar berbagai
fenomena kehidupan.[13]
2.
Learner Centered Design
Learner centered design
atau desain yang berpusat pada peserta didik adalah suatu pendekatan desain
kurikulum yang menempatkan peserta didik pada posisi sentral. Desain ini
dimaksudkan untuk mengembangkan bakat yang selaras dengan minat peserta didik.
Pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Learner centered
design mengutamakan perkembangan individu, oleh sebab itu tidak memiliki
pola pengorganisasian yang baku.[14]
Learner centered design
bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan
peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan
tujuan peserta didik. Ada beberapa variasi model ini, yaitu experience design,
humanistik design, dan child centered design.[15]
3.
Problems Centered Design
Problem centered design
berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem
centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok, yaitu
kesejahteraan masyarakat. Minimal ada dua variasi desain kurikulum ini, yaitu:
a.
The Areas of Living Design
Areas of living design
menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar
ini tujuan yang bersifat proses dan bersifat isi diintegrasikan. Penguasaan
informasi-informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari desain
ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata peserta didik
sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Dengan
demikian, desain ini sekaligusmenarik minat peserta didik dan mendekatkannya
pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.[16]
b.
The Core Design
Core design kurikulum timbul sebagai reaksi utama kepada sparate
subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan
ajar, mereka memilih mata pelajaran tertentu sebagai inti (core).
Pelajaran lainnya dikembangkan disekitar core tersebut. Karena pengaruh
pendidikan progresif, berkembang teori tentang core design yang didasarkan atas
pandangan progresif. Menurut konsep ini, inti-inti bahan ajar dipusatkan pada
kebutuhan individual dan sosial.[17]
D.
Rencana induk (Master Plan)
1.
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang
diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada
diri siswa.[18]
Pengembangan kurikulum harus berorientasi pada kebutuhan bidang
studi dan jenjang pendidikan tertentu, yang berarti pula harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan (fisik dan mental) peserta didik. Sebagai contoh,
kurikulum untuk pendidikan dasar isi kurikulum masih bersifat komprehensif.
Pada tingkat lanjutan atas bersifat komprehensif bagi mereka yang bercita-cita
melanjutkan ke perguruan tinggi jalur pendidikan akademik dan bersifat kejuruan
bagi mereka yang ingin cepat bekerja.[19]
Pengembangan
kurikulum adalah proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut
terdiri dari empat unsur, yakni:
1.
Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata
pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh.
2.
Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan
metode-metode dan material sekolah untuk
mencapai tujuan.
3.
Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah
dikembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan.
4.
Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah
diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.[20]
Dalam mengembangkan kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta
tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus-menerus
turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan
orang tua.[21]
2.
Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu
:Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Pada pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah, kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dikarenakan:
1.
Kepala sekolah sebagai pemimpin, termasuk memimpin pelaksanaan
kurikulum.
2.
Kepala sekolah merupakan seorang administrator dalam pelaksanaan
kurikulum.
Sedangkan pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang
bertanggung jawab adalah guru yang meliputi tiga jenis kegiatan administrator
yaitu:
1.
Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar
2.
Pembinaan kegiatan ekstra kurikuler
3.
Pembimbing dalam kegiatan bimbingan belajar.[22]
3.
Penilaian Kurikulum
Setelah kurikulum diimplementasikan beberapa waktu lamanya, dengan
pengertian bahwa kurikulum selalu diupayakan dalam kondisi siap untuk
dikembangkan kembali dan diperbaiki kembali demi penyempurnaan, maka kurikulum
tersebut perlu diadakan penilaian secara menyeluruh.[23]
Penilaian kurikulum merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan
waktu lama. Oleh sebab itu, penilaian cenderung difokuskan pada program dan
materi kurikulum. Walaupun program dan materi kurikulum erat hubungannya,
penilaian atas keduanya mengambil fokus yang berbeda. Program dapat dipandang
sinonim dengan kurikulum, oleh sebab itu berdasarkan logika, penilaiannya
difokuskan pada aspek-aspek formal dari program pendidikan atau bidang
pembelajaran tertentu, misalnya pertanian, geografi, kebidanan dan lain-lain.Sementara
materi kurikulum difokuskan pada materi pembelajaran, misalnya modul, buku teks
atau paket-paket multimedia yang disiapkan agar dapat difasilitaskan oleh
seorang guru atau instruktur.[24]
IV.
KESIMPULAN
A.
Analisis kebutuhan kurikulum
Kebutuhan dalam kurikulum ini yaitu semua hal yang
bisa membantu, dan mendorong agar tujuan dari kurikulum dapat dicapai. Diantara
kebutuhan kurikulum yang dimaksud secara garis besar sebagai berikut:
1. Tujuan
2. Materi/isi
3. Metode/Strategi
4. Evaluasi
B. Merumuskan dan
menjawab pertanyaan filosofis
Aspek filosofis menentukan permasalahan
yang diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek
filosofis ini terlihat apakah kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu, teknologi, agama, permasalahan
social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
C. Desain krikulum
sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu: (1)
Subject centered design, (2) Learner centered design, dan (3) Problems centered
design.
D. Membuat master
plan
Rencana Induk
menyangkut tentang 1. Pengembangan Kurikulum. 2. Pelaksanaan kurikulum. 3.
Penilaian Kurikulum
V.
PENUTUP
Demikian uraian
singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat
memberikan banyak pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat. Kami
pemakalah mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, kami
mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami yang
selanjutnya.
[2] Nana
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 97
[4] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html, diunduh pada
hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB
[6] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html diunduh pada
hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB
[7] http://zukhairiah.blogspot.com/2010/10/fungsi-filsafat-dalam-perencanaan-dan.html diunduh pada
hari Senin, 17 November 2014, pukul 15.30 WIB
[8] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.34.
[9] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 113.
[10] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 114.
[11] Tedjo Narsoyo
Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
(Bandung: PT. Refika Aditaman, 2010), hlm. 67.
[12] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 116.
[13] Tedjo Narsoyo
Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm.
70.
[14] Tedjo Narsoyo
Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm.
71.
[15] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 118.
[16] Nana Syaodih Sukmadinata,
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 120.
[17] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 122.
[18] Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 97.
[19] Dakir, Perencanaan
dan Pengembanagn Kurikulum,.... 92.
[20] Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum,.....hlm. 97.
[21] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,.....hlm. 155.
[23] Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum,.....hlm. 237.
[24] Tedjo Narsoyo
Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,.....hlm.
258.